1.Necrotizing Enterocolitis pada Neonatus Prematurdan Suplementasi Probiotik

Handoyo

RSUD Landak Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Indonesia

ABSTRAK

Necrotizing enterocolitis (NEC) adalah kegawatdaruratan yang mematikan dan sering ditemukan pada bayi prematur atau berat badan lahir
rendah. Patogenesis penyakit ini belum jelas dan dipengaruhi banyak faktor. Diduga faktor risiko utama NEC adalah prematuritas, kolonisasi
patogen di luminal, dan pemberian susu formula. Ketidakseimbangan flora komensal pada saluran cerna bayi prematur menjadi dasar
pertimbangan pemberian probiotik untuk mencegah NEC. Tinjauan pustaka ini mengulas studi pemberian probiotik untuk mencegah NEC
pada neonatus prematur.
Kata kunci: Berat badan lahir rendah, necrotizing enterocolitis, prematur, probiotik

2.ASI Donor untuk Bayi Prematur

Yoana Arin, Dian Daniella

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Air susu ibu (ASI) merupakan rekomendasi dan pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi prematur. Pada beberapa keadaan,
ibu tidak dapat memberikan ASI untuk bayi yang terlahir prematur, sehingga donor ASI menjadi pilihan. Masih banyak orang tua yang tidak
mengetahui peran ASI donor dan ragu-ragu memberikan ASI donor untuk bayi prematur.
Kata kunci: Air susu ibu, bayi prematur, donor ASI

3.Positive Airway Pressure sebagai Terapi Denitif Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Herlina Suryawati

Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr.Kariadi,

Semarang, Indonesia

ABSTRAK

Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan terjadinya henti napas saat tidur. Standar baku emas diagnosis OSA adalah polysomnography (PS().
Terapi OSA meliputi terapi kelainan anatomis, penggunaan positive airway pressure (PAP), mouth piece, dan operasi. PAP adalah terapi standar;
mengeluarkan udara bertekanan tertentu yang akan mempertahankan jalan napas tetap paten. Titrasi tekanan PAP berdasarkan PS( dan
pedoman American Academy of Sleep Medicine (AASM). Penanganan yang tepat dan cepat mempengaruhi outcome dan mencegah komplikasi
kardiovaskular termasuk stroke.
Kata kunci Komplikasi kardiovaskular, obstructive sleep apnea, positive airway pressure

4.Palmaris Longus Tendon Free Grafting in Neglected Extensor Pollicis Longus Tendon Rupture – case report

Nino Nasution, Muhammad Bayu Rizaldy

Orthopaedic & Traumatology Departement, Haji Adam Malik Hospital, Medan, Indonesia

ABSTRACT

A patient presented with inability to use his right thumb properly after work accident due to ruptured right Extensor Pollicis Longus (EPL). A
tendon free grafting from the Palmaris Longus (PL) was performed to repair the ruptured EPL.
Keywords Neglected tendon rupture, palmaris longus tendon-free grafting

5.Injeksi Steroid sebagai Tatalaksana Awal Nyeri pada Shoulder Impingement Syndrome: Laporan Kasus Berbasis Bukti

Febrian Mulya Santausa
Rumah Sakit Persada Medika Cikampek, Indonesia

ABSTRAK

Shoulder impingement syndrome (SIS) adalah sindrom nyeri bahu disebabkan penyempitan celah subakromion. Injeksi steroid adalah prosedur
sederhana yang bisa dilakukan pada fasilitas kesehatan primer, tetapi jarang pada pasien SIS di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi
efektivitas injeksi steroid bersama program latihan fisik jika dibandingkan dengan latihan fisik saja pada pasien SIS usia >40 tahun. Pencarian artikel
sistematis pada tiga basis data PubMed¥, Cochrane Library¥, dan TRIP Database¥. Dua uji acak terkontrol dipilih untuk dievaluasi berdasarkan
kriteria Center of Evidence-based Medicine, University of Oxford. Kedua studi mendapatkan bahwa injeksi steroid efektif menurunkan gejala nyeri
dan meningkatkan fungsi bahu hingga enam minggu setelah injeksi. Efek tersebut diprediksi lebih baik jika dosis steroid setara triamsinolon
40-80 mg dengan pendekatan posterolateral.
Kata kunci Injeksi steroid, shoulder impingement syndrome

6.Aterosklerosis Prematur dan Dislipidemia pada Anak Penderita Thalassemia Beta Mayor

Christian Nasir, Nelly Rosdiana*

Residen Ilmu Kesehatan Anak,*Divisi Hematologi-Onkologi Departemen Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RSUP Haji Adam Malik,

Medan, Sumatera Utara, Indonesia

ABSTRAK

Aterosklerosis adalah penyakit progresif lambat yang ditandai oleh penebalan bertahap tunika intima. Faktor pemicu aterosklerosis prematur
adalah hemolisis kronis, peningkatan cadangan kadar zat besi serum, dan dislipidemia. Aterosklerosis prematur adalah salah satu komplikasi
kardiovaskular penting pada penderita thalassemia beta mayor. Pada penderita thalassemia beta, kadar kolesterol total, HDL, dan LDL lebih
rendah; sebaliknya kadar trigliserida lebih tinggi dibandingkan individu normal. Dislipidemia pada thalassemia beta disebabkan berbagai faktor,
antara lain dilusi plasma akibat anemia, meningkatnya aktivitas eritropoeisis, gangguan fungsi hati karena penimbunan zat besi, gangguan
hormonal, dan menurunnya aktivitas lipolisis di luar hati.
Kata kunci: Aterosklerosis, dislipidemia, thalassemia beta

7.Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Septic Arthritis

Riko Febrian Kunta Adjie

RSUD dr. Ben Mboi Kabupaten Manggarai, Ruteng, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

ABSTRAK

Septic arthritis yang disebabkan infeksi bakteri memerlukan kecepatan dan ketepatan diagnosis untuk mengurangi prognosis buruk. Diagnosis
pasti tergantung isolasi patogen dari cairan sendi. Tujuan utama tatalaksana adalah sterilisasi sendi, dekompresi sendi, dan melindungi fungsi
sendi. Sterilisasi dengan antibiotik intravena minimal 2 minggu, dilanjutkan sesuai hasil kultur. Dekompresi sendi dapat dicapai dengan beberapa
metode termasuk aspirasi jarum, arthrotomy, dan arthroscopy.
Kata kunci: Infeksi sendi, septic arthritis

8.Injeksi Botulinum untuk Tatalaksana Overactive Bladder

Daniel Mahendra Krisna,1 Akhada Maulana2

1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, 2Departemen Urologi, Universitas Mataram, Mataram,

Indonesia

ABSTRAK

Overactive bladder (OAB) adalah kelainan yang berkaitan dengan gangguan berkemih, baik disertai inkontinensia maupun tidak, dibuktikan
dengan tidak adanya infeksi atau kelainan patologis yang mendasari. OAB dapat mengenai semua usia dan sangat mengganggu kualitas
hidup. Tatalaksana OAB meliputi terapi perilaku dan medikamentosa sebagai lini pertama, tetapi ketidakpatuhan dan efek samping sering
menyebabkan kegagalan. Injeksi botulinum menghambat pelepasan neurotransmiter, sehingga dapat menurunkan kontraksi otot polos, dan
dapat dipertimbangkan sebagai tatalaksana lini pertama.
Kata kunci Injeksi BonT, overactive bladder, tatalaksana

9.Diagnosis dan Tatalaksana Ruptur Uretra

Christopher Kusumajaya
Departemen Ilmu Bedah,

Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Ruptur uretra merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan urologi karena adanya trauma lain yang lebih mengancam nyawa. Pemeriksaan
radiologi memiliki peran penting dalam diagnosis. Penatalaksanaan yang terlambat dan tidak tepat akan mengurangi kualitas hidup dan
meningkatkan mortalitas.
Kata kunci: Kateterisasi, ruptur uretra, trauma, trauma urogenital

10.Peran NGAL, MMP-9, dan NGAL/MMP-9 pada Tumor Otak

Yaumil Reiza

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

ABSTRAK

Tumor otak memiliki prognosis buruk, karena meskipun telah ditemukan modalitas diagnostik dan terapeutik terbaru yang dapat meningkatkan
luaran, rekurensi masih sering terjadi. Baru-baru ini, neutrophil gelatinase-associated lipocalin (N(AL), yang berikatan dengan enzim matriks
metalloproteinase-9 (MMP-9) membentuk kompleks N(AL/MMP-9, ditemukan berperan dalam proses perkembangan berbagai jenis keganasan.
Substansi-substansi ini diketahui mendukung perkembangan tumor dengan cara mendegradasi membran basal dan matriks ekstraseluler, serta
memungkinkan angiogenesis, invasi, dan metastasis tumor. Pada artikel ini, akan dibahas mengenai peran N(AL, MMP-9, dan N(AL/MMP-9
pada tumor otak.
Kata kunci: Matriks metalloproteinase-9, MMP-9, neutrophil gelatinase-associated lipocalin, N(AL, tumor otak

11.Sindrom Arteri Mesenterika Superior – Tinjauan Klinis

Ramadhyan Respatio

General Practitioner Omni Hospital, Pulomas, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Sindrom arteri superior mesenterik (ASM) merupakan kelainan yang jarang, kebanyakan terjadi pada pasien remaja atau dewasa muda.
Kelainan ini disebabkan oleh penurunan sudut antara arteri superior mesenterik yang berasal dari aorta abdominal dengan sepertiga bagian
duodenum tranversa, sehingga menyebabkan obstruksi. (ejala yang paling sering adalah nyeri perut hilang timbul yang disertai mual dan
muntah. CT scan atau CT angiogram merupakan gold standard dalam diagnostik karena mampu mengukur penurunan sudut aorta mesenterik,
menunjukkan dilatasi gaster dan duodenal. Duodenojejunostomi adalah pilihan terbaik dengan tingkat keberhasilan mencapai 90%, di mana
duodenojejunostomi laparoskopi merupakan teknik terbaik.
Kata kunci: Duodenojejunostomi, sindrom arteri mesenterika superior

12.Perbandingan Hasil Clock Drawing Test Pasien Epilepsi dengan Terapi Karbamazepin dan Fenitoin

di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Astrid Claudya, Herpan Syai Harahap, Emmy Amalia, Yanna Indradayana
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang: Obat antiepilepsi (OAE) dapat menurunkan fungsi kognitif penderita epilepsi. Efek samping OAE terhadap fungsi kognitif dapat
dievaluasi dengan menggunakan instrumen clock drawing test (CDT). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil pemeriksaan CDT
pada pasien epilepsi pengguna OAE karbamazepin dan fenitoin. Metode: Penelitian analitik komparatif observasional dengan pendekatan
potong lintang. Populasi adalah 42 pasien epilepsi dengan usia >14 tahun di RSJ Mutiara Sukma. Data karakteristik pasien diuji dengan kai
kuadrat, data komparasi tes CDT kedua jenis pengobatan dianalisis menggunakan uji Mann Whitney. Hasil: Dari 42 subjek penelitian, 62%
menggunakan karbamazepin dan 38% menggunakan fenitoin. Tidak terdapat perbedaan bermakna jenis kelamin, usia, etiologi, tipe bangkitan,
dan onset bangkitan (p>0,05), terdapat perbedaan bermakna pada pendidikan terakhir dan lama penggunaan obat (p<0,05). Tidak terdapat
perbedaan bermakna skor CDT pada pasien epilepsi pengguna karbamazepin dan fenitoin (p=0,284). Simpulan: Skor CDT pasien epilepsi
pengguna karbamazepin dan fenitoin di RSJ Mutiara Sukma tidak berbeda bermakna.
Kata kunci: CDT, epilepsi, fenitoin, karbamazepin, obat antiepilepsi

 

DOWNLOAD Jurnal CDK No. 5 Nutrisi Vol 45 Tahun 2018 (134 downloads)