1.Peranan Sel Punca dalam Penyembuhan Luka

Santi

Dokter umum RS Stella Maris, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

ABSTRAK

Penyembuhan luka yang optimal melibatkan berbagai proses biologi dan molekuler berupa migrasi sel, proliferasi, deposisi matriks ekstraseluler,
dan remodelling. Berbagai pendekatan penelitian berbasis sel dapat membantu penggunaan sel punca (stem cells) untuk mempercepat proses
penyembuhan luka. Tinjauan ini mengenai tipe sel punca yang dapat digunakan untuk penyembuhan luka namun penggunaan klinisnya masih
terbatas.
Kata kunci: Mesenchymal stem cells, terapi sel, wound healing

2.Gagal Jantung Akut: Denisi, Patosiologi, Gejala Klinis, dan Tatalaksana

Sidhi Laksono Purwowiyoto

Divisi Kegawatan dan Pencitraan Kardiak, SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler
RSUD Pasar Rebo – Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Gagal jantung akut adalah sindrom akut gagal jantung. Gagal jantung akut merupakan penyebab paling umum pasien dirawat di rumah
sakit pada usia yang lebih tua dari 65 tahun. Terdapat 6 subtipe dengan masing-masing karakteristik. Patofisiologi gagal jantung akut bersifat
kompleks dan bervariasi. Berbagai presentasi klinis bergantung pada subtipe. Pengobatan akut dilakukan untuk meringankan gejala kemacetan
dan perfusi.
Kata kunci: Definisi, klasifikasi, patofisiologi, pengobatan, presentasi klinis

3.Telomerase Inhibitor: Promising Target Therapy for Cancer

Diana Kusuma,1 Izza Aliya,1 Andre Putra,1 Mediana Sutopo2

1Oncology Gynecology Division, Obstetrics and Gynecology Department, 2Obstetrics and Gynecology Department, Faculty of Medicine,

University of Indonesia, Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

The key to selectively targeting cancer cells is to exploit some basic differences with their normal precursors. One such difference is the activity
of the enzyme telomerase. Some studies targeted telomerase and telomeres in order to block limitless replicative potential of cancer cells,
providing a fascinating strategy for a broad-spectrum cancer therapy. Telomerase based therapies could be well tolerated and perhaps with
minimal side effect on telomerase-competent stem cells.
Keywords: Cancer therapy, molecular therapy, telomerase, telomeres

4.Pemeriksaan Radiologi untuk Deteksi Kanker Ovarium

Ni Made Putri Suastari

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia

ABSTRAK

Kanker ovarium merupakan kanker ginekologi terbanyak kedua di dunia. Terdapat beberapa faktor risiko kanker ovarium, namun penyebab
pastinya belum diketahui. Kombinasi berbagai modalitas pemeriksaan radiologi seperti USG, CT scan, PET scan, dan MRI dapat digunakan untuk
deteksi dini yang akan meningkatkan harapan hidup penderita.
Kata kunci: CT scan, kanker ovarium, MRI, PET scan, USG

5.Tren Terapi Diabetes dengan GLP-1 Receptor Agonist

Pande Made S. Dharma Pathni
Medical Department, PT Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

GLP-1 menjadi target terapi DM tipe 2. Analog GLP-1 memiliki aktivitas serupa GLP-1 endogen, namun dengan kelebihan resisten terhadap
deaktivasi enzim DPP-4, menghasilkan aktivitas yang lebih panjang. Manfaat lain obat golongan ini adalah menurunkan kadar hormon glukagon,
memperlambat pengosongan lambung, dan menginduksi rasa kenyang.
Kata kunci: GLP-1, GLP-1 RA, inkretin

6.Herpes Zoster Lumbalis Sinistra pada Pasien Terinfeksi HIV

Rini Hastuti, Imroatul Ulya, Etty Farida Mustifah, Muhammad Risman, Nugrohoaji Dharmawan

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta, Indonesia

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Diketahui adanya hubungan
antara infeksi HIV dan timbulnya berbagai manifestasi penyakit pada kulit. Herpes zoster merupakan penyakit kulit yang disebabkan reaktivasi
dan multiplikasi virus varicella zoster yang menetap pada ganglia sensoris setelah varicella. Kasus: seorang laki-laki usia 32 tahun dengan keluhan
timbul gelembung bergerombol berisi air dengan dasar kulit eritem disertai nyeri pada betis sampai punggung kaki kiri sejak 3 hari. Pasien
terinfeksi HIV sejak 7 bulan yang lalu. Didapatkan lesi vesikel herpetiformis di atas dasar eritem sesuai dermatom Lumbal 5 (L5) sinistra. Tes Tzank
menunjukkan adanya sel raksasa berinti banyak. Jumlah sel CD4 212/μL.
Kata kunci: Herpes zoster, infeksi HIV, virus varicella zoster

7.Sindrom Stevens-Johnson Diduga Akibat Fenitoin

Aurelia Stephanie, Eny Susilowati
Rumah Sakit Otorita Batam, Sekupang, Batam, Indonesia

ABSTRAK

Pendahuluan: Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan bagian dari nekrolisis epidermis (NE), yaitu sindrom reaksi mukokutan akut yang
ditandai dengan nekrosis dan pengelupasan epidermis yang luas. Dilaporkan seorang perempuan, usia 21 tahun, datang ke UGD rumah sakit
dengan keluhan demam dan timbul ruam-ruam merah yang kemudian berisi air sejak 3 hari. Setelah konsumsi fenitoin, timbul bercak merah
disertai gatal di daerah paha, tungkai, dan punggung. Dua hari kemudian bercak merah tersebut mulai berisi cairan berdinding kendur dan
menyebar ke seluruh tubuh. Pada hari ke-9 perawatan, pasien mengalami perbaikan klinis dan boleh pulang.
Kata kunci: Fenitoin, nekrolisis epidermis, sindrom Stevens-Johnson

8.Antivirus untuk Inuenza

Nugroho Nitiyoso

Departemen Medical PT Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Influenza adalah salah satu penyakit infeksi saluran napas yang paling sering, menyebabkan 3 sampai 5 juta kasus berat dan 250.000 sampai
500.000 kematian setiap tahun (WHO). Vaksinasi influenza dapat mengurangi risiko influenza, sebaiknya dilakukan secara rutin setiap tahun.
Pengobatan influenza biasanya simptomatik, suplementasi, dan istirahat. Ada beberapa obat antivirus untuk influenza, seperti: oseltamivir,
zanamivir, amantadine, dan rimantadine. Di Indonesia, antivirus untuk influenza relatif kurang dikenal karena distribusinya sepenuhnya
dikendalikan oleh Departemen Kesehatan. Tenaga kesehatan seyogyanya lebih mengenal profil farmakodinamik dan farmakokinetik obat-obat
antivirus ini.
Kata kunci: Amantadine, antivirus, influenza, oseltamivir, rimantadine, zanamivir.

9.Perbandingan Tingkat Pencapaian Target Tekanan Darah oleh Lisinopril dan Valsartan pada Pasien Stroke Iskemik dengan Faktor Risiko Hipertensi

Susi Susanti,1 Rizaldy Taslim Pinzon2
1Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia
2Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terpenting pada stroke iskemik. Terapi antihipertensi bertujuan mencegah kekambuhan stroke.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat pencapaian tekanan darah antara lisinopril dan valsartan pada pasien stroke iskemik
dengan faktor risiko hipertensi di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Jenis penelitian adalah penelitian observasional analitik
kohort retrospektif. Data dianalisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-square atau uji Fisher. Data 108 pasien hipertensi pasca-stroke iskemik
terdiri dari kelompok yang diberi valsartan 81 pasien dan lisinopril 27 pasien. Target tekanan darah yang tercapai pada kelompok valsartan
adalah 40 orang (49,4%) dan lisinopril 15 orang (50,9%), tidak berbeda bermakna (p value>0,05). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
perbedaan dalam mencapai target tekanan darah antara lisinopril dan valsartan pada pasien stroke iskemik dengan faktor risiko hipertensi di
instalasi rawat jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Kata kunci: Lisinopril, target tekanan darah, valsartan

10.Faktor-Faktor Penyebab Pengembalian Berkas Resume Medis IGD RSCM oleh Verikator BPJS Kesehatan

Hadiki Habib, Radi Muharris Mulyana, Imamul Aziz Albar, Septo Sulistio
Instalasi Gawat Darurat, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Pendahuluan: Sejak dijalankan tahun 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan terus mengalami perbaikan. Penyebab klaim tidak dapat diproses perlu dianalisis, diidentifikasi, dan diperbaiki,
oleh karena itu perlu didentifikasi. Penelitian dilaksanakan di RSCM bulan Januari sampai November 2017, atas data rekam medis, berupa resume
medis, hasil koding, dan rincian biaya. Dari 855 resume medis yang gagal verifikasi, diambil sampel 270 berkas secara acak. Sebanyak 215 (79,6%)
resume medis dapat dibaca dengan baik, sehingga memudahkan proses telaah. Sebanyak 206 (76,3%) resume medis lengkap. Hampir separuh
(49%) kasus tidak gawat darurat. Dari resume medis yang memang melaporkan pengelolaan kasus gawat darurat, hanya 58% diagnosis yang
menggambarkan kegawatdaruratan. Masih ada 22,6% koding yang tidak sesuai dengan diagnosis yang tertulis di resume medis.
Kata kunci: Jaminan Kesehatan Nasional, resume medis, verifikator

11.Perbandingan Glasgow Coma Scale dan Gambaran Midline-Shift CT-Scan Kepala sebagai Prediktor Mortalitas Pasien Cedera Kepala

Albert Tito, Sonny G.R. Saragih*

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak

*Departemen Bedah Saraf RSUD Dr Abdul Aziz, Singkawang,

Kalimantan Barat, Indonesia

ABSTRAK

Pendahuluan: Cedera kepala merupakan satu penyebab utama kematian dan disabilitas di dunia terutama pada usia produktif. Prediksi awal
keluaran pasien cedera kepala yang akurat penting untuk menentukan keputusan klinis, alokasi rasional sumber daya, dan konseling keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan Glasgow Coma Scale (GCS) dengan Midline-Shift (MLS) sebagai prediktor mortalitas pasien
cedera kepala. Metode: Penelitian analitik potong-lintang pada 43 pasien. Data GCS dan status pasien saat masuk IGD diambil dari rekam medis
RSUD Dr. Abdul Aziz Kota Singkawang dan data MLS diketahui melalui hasil CT-scan di RS Santo Vincentius Kota Singkawang. Analisis data
menggunakan uji korelasi Spearman dan dilakukan perbandingan antara GCS dan MLS terhadap status keluar pasien. Hasil: Nilai GCS memiliki
hubungan moderat terhadap status keluar pasien (IK 95%; p = 0,018; r = 0,361). MLS memiliki hubungan kuat terhadap status keluar pasien (IK
95%; p = 0,000; r = 0,531). Makin rendah nilai GCS dan makin tinggi nilai MLS, makin banyak status keluar meninggal. Simpulan: MLS memiliki
korelasi lebih kuat sebagai prediktor mortalitas daripada GCS pada pasien cedera kepala.
Kata kunci: Cedera kepala, glasgow coma scale, midline-shift, prediktor mortalitas

 

[download id=”163″]