1. Klinik Tradisional
Mahesa Paranadipa M

Staf Pengajar Etik dan Hukum Kesehatan, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia

2. Tatalaksana Terkini Infeksi Laten Tuberkulosis

pada Anak
Agung Prasetyo

Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Kota Pontianak, Indonesia

ABSTRAK

Diagnosis infeksi latent tuberkulosis (ILTB) pada anak ditegakkan dari riwayat kontak erat dengan penderita TB aktif serta hasil positif pemeriksaan
tuberkulin tanpa manifestasi klinis dan gambaran radiologi TB aktif. Pengobatan ILTB bertujuan untuk mencegah perkembangan menjadi
tuberkulosis aktif. Regimen 4 bulan rifampisin setiap hari dan 3 bulan isoniazid-rifapentine setiap minggu lebih direkomendasikan karena
memiliki efektivitas dan tingkat keamanan setara tetapi tingkat kepatuhan berobat lebih baik dibandingkan regimen isoniazid setiap hari selama
9 bulan.
Kata kunci: Infeksi laten tuberkulosis pada anak

3. Hypnosis for Pain Alleviation: Placebo or Nocebo?
Dias Rima Sutiono, Jeremy Putra Gunawan, Astrella Devina, Wibi Sindjaja, Jesslyn Pavita

Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

The use of hypnosis to alleviate pain had started to gain recognition. In the assessed papers, application of hypnosis has included childbirth,
surgeries, and chronic pain. In childbirth, the use of self-hypnosis can reduce the use of analgesics from 78% to 45% of cases. The satisfaction
of hypnobirthing—birth using hypnosis—reaches 96%. Hypnosis can decrease the use of anesthesia drugs during surgery, promotes healing,
decreases bleeding and hospital stay. Hypnosis can alleviate pain and reduce the use of over the counter painkillers; also showed benefits for
non-cardiac chest pain relief while also reduces medication. Currently, hypnosis had been the most prominent application for labour pain relief.
There is a demand for more studies of bioinformatics and neuroscience.
Keywords: Hypnosis, procedural pain

4. Teknologi Pencampuran Otomatis Nutrisi Parenteral

Dedyanto Henky Saputra
Medical Department, Kalbe Farma Tbk.
Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Teknologi pencampuran nutrisi parenteral secara otomatis (automated compounding device/ACD) saat ini makin banyak digunakan, terutama
di negara maju. Metode ini selain memiliki teknik aseptik yang lebih baik dibandingkan metode pencampuran konvensional, juga memiliki
presisi yang lebih tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi individual secara lebih spesifik. Kendala metode ini adalah investasi awal yang
membutuhkan biaya yang relatif tinggi.
Kata kunci: ACD, automated compounding device, nutrisi parenteral, terapi nutrisi

5. Antifungal Echinocandin

Johan Indra Lukito

Medical Department, PT Kalbe Farma Tbk. Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Infeksi fungal invasif (IFI) masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pasien immunocompromised. Pilihan antifungal yang
tersedia untuk IFI terbatas pada polyene, triazole, dan echinocandin. Echinocandin, yang terdiri dari caspofungin, micafungin, dan anidulafungin,
merupakan golongan antifungal terbaru yang saat ini banyak digunakan untuk pengobatan IFI. Echinocandin memiliki beberapa keunggulan
seperti aktivitas fungisidal yang poten terhadap sebagian besar spesies Candida, rendahnya resistensi, profil keamanan yang lebih baik, serta
interaksi dengan obat lain yang lebih sedikit.
Kata kunci: Anidulafungin, antifungal, caspofungin, echinocandin, kandidiasis, micafungin

6. Senolytics: A Potential Fountain of Youth

Khing S. Ong,1 Zack ST. Lim,2 Boenjamin Setiawan3

1Director Allergy and Immunology Division, Department of Pediatrics, University of California Irvine. 1978-1985, USA, 2Retired RPH

(Registered Pharmacist), USA, 3Founder. Stem Cell Institute, Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

Senolytics are groups of natural compounds, small molecules drugs, and methods that eliminate senescent cells in the body of an organism.
This review illustrates the pathogenesis or factors that lead to cellular senescence. As cellular senescence is the main culprit for age-associated
diseases, the development of various classes of senolytics is of paramount importance in maintaining or even extending our health-span.
Different classes of senolytics with some perspective of its potential for clinical applications will also be discussed.
Keywords: Senescent cells, senolytics

7. Juvenile-type Chronic Myeloid Leukemia pada

Bayi Usia 3 Bulan

Arfandhy Sanda,1 Agus Alim Abdullah,2 Mansyur Arif,3 Nadirah Rasyid Ridha4

1PPDS Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, 2Departemen Ilmu Patologi
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUD Labuang Baji, 3Departemen Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 4Departemen Ilmu Kesehatan Anak Subdivisi Hematologi-Onkologi Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Indonesia

ABSTRAK

Leukemia mieloid kronik (LMK) pada anak mencakup 2-5% kasus mieloproliferatif pada anak. LMK pada anak dibagi dalam 2 tipe, yaitu tipe
dewasa dan tipe remaja, berdasarkan ada tidaknya kromosom Philadelphia beserta fusi gen BCR-ABL dalam kromosom tersebut. Kasus: Seorang
bayi laki-laki usia 3 bulan dengan keluhan utama perut membesar. Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium: leukosit
41.700/l, hemoglobin 8,6 g/dL, trombosit 46.000/l. Pada apusan darah tepi ditemukan semua tahapan maturasi sel seri mieloid dan mieloblast
5%. Aspirasi sumsum tulang mendapatkan peningkatan leukopoietik dengan semua tahapan maturasi mieloid. Malaria mikroskopik negatif.
Hasil pemeriksaan molekular tidak ditemukan fusi gen BCR-ABL.
Kata kunci: Bayi usia 3 bulan, leukemia mieloid kronik, tipe remaja

8. Diseksi Aorta Akut Stanford Tipe B dengan Gejala

Akut Abdomen

Ni Luh Putu Rustiari Dewi, IGM Ardika Aryasa, Kadek Susila Surya Dharma*

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, *Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, RSUP Sanglah, Denpasar, Indonesia

ABSTRAK

Diseksi aorta akut merupakan kegawatdaruratan aorta dengan presentasi klinis tidak spesifik dan mortalitas tinggi, terutama bila tidak dikenali
dini menyebabkan penanganan terlambat di unit gawat darurat. Sebuah kasus pada laki-laki usia 71 tahun dengan diseksi aorta Stanford tipe B
dengan presentasi atipik, yaitu gejala nyeri abdomen akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak satu tahun. CT Angiography
menunjukkan gambaran diseksi aorta Stanford tipe B dari arteri subclavia menurun hingga setinggi percabangan aorta. Terapi awal berupa kontrol
tekanan darah. Selanjutnya pasien dirujuk untuk terapi thoracic endovascular aortic repair (TEVAR). Gejala akut abdomen perlu dipertimbangkan
sebagai salah satu gejala klinis diseksi aorta.
Kata kunci: Akut abdomen, diseksi aorta, Stanford tipe B

9. Survei Model Sistem Tele-expertise untuk Kasus

Dermatologi

Penggalih M Herlambang,* Izzati Muhimmah**

*Magister Teknik Informatika Peminatan Informatika Medis, **Fakultas Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,

Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang: Tele-expertise sebagai bagian dari telemedicine dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan penyebaran layanan
dokter spesialis yang belum merata, khususnya untuk dermatologi. Untuk itu dibutuhkan kerangka kerja (framework) teknis sebagai panduan
pengembangan agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di Indonesia. Metode: Penelitian bertahap, tahap pertama adalah analisis kebutuhan
dengan survei, tahap kedua adalah studi literatur kerangka kerja untuk telemedisin, dan tahap ketiga berupa penyusunan model kerangka
kerja tele-expertise. Hasil dan Pembahasan: Sebuah model framework disusun berdasarkan survei dan literatur yang terdiri dari 4 komponen
utama meliputi alur kerja, konten klinis, infrastruktur, dan antar muka. Simpulan: Model kerangka kerja tele-expertise disusun khususnya untuk
dermatologi. Diperlukan penelitian lanjut berupa pengujian purwarupa berdasarkan model tersebut untuk evaluasi dan pengembangan
kerangka kerja. Selain itu, kerangka-kerja pendekatan non-teknis meliputi etika, hukum, dan rancangan regulasi perlu dikembangkan.
Kata Kunci: Dermatologi, kerangka kerja, tele-expertise, telemedisin

10. Hipokalemia – Diagnosis dan Tatalaksana

Maggie Nathania
Alumna Universitas Pelita Harapan, Indonesia

ABSTRAK

Kalium adalah kation intraseluler paling melimpah dalam tubuh, 98% ditemukan intraseluler dan hanya 2% ekstraseluler. Tubuh menggunakan
kalium untuk berbagai fungsi, termasuk pengaturan aksi potensial listrik membran sel (terutama di jantung), metabolisme sel, dan sintesis
glikogen dan protein. Perubahan homeostasis kalium dapat menyebabkan disfungsi jantung berat sehingga memerlukan pemantauan intensif.
Tinjauan ini menyajikan informasi mengenai: (1) definisi hipokalemia, (2) homeostasis kalium, (3) berbagai penyebab hipokalemia, (4) langkah
diagnostik hipokalemia, dan (5) tatalaksana hipokalemia.
Kata kunci: Aritmia, hipokalemia, kalium

11. Diagnosis dan Tatalaksana Difteri

Ricky Saunders, I Kadek Suarca
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Wangaya, Denpasar, Bali

ABSTRAK

Sejak tahun 2011-2015, Indonesia menjadi negara dengan insidens difteri tertinggi kedua di dunia. Penyakit difteri juga menjadi kejadian luar
biasa (KLB) di 30 provinsi di Indonesia selama tahun 2017. Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae.
Strain toksigenik C. diphteriae dapat menghasilkan toksin dan mengakibatkan berbagai komplikasi berat. Transmisi difteri melalui kontak droplet
ataupun kontak fisik langsung. Terapi diberikan untuk menetralisir toksin bebas dan eradikasi penyebab. Selain imunisasi dasar, pemerintah
melaksanakan program outbreak response immunization sebagai upaya pengendalian kejadian luar biasa difteri di Indonesia.
Kata kunci: Difteri, imunisasi

12. Evaluasi Pemeriksaan Imunoglobulin E Spesi k
Menggunakan Immunoblot Assay dengan Baku Emas

Skin Prick Test

Yudhistira,1 Ninik Sukartini,2 Suzanna Immanuel,2 Iris Rengganis3

1Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik, 2Departemen Patologi Klinik, 3Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Pendahuluan. Skin Prick Test (SPT) merupakan pemeriksaan baku emas diagnosis alergi, tetapi tidak dapat dilakukan pada kondisi tertentu
seperti dermatografisme, hamil, tidak dapat lepas obat antialergi, sehingga pemeriksaan IgE spesifik menjadi pilihan. Di Indonesia belum ada
data perbandingan pemeriksaan IgE spesifik dengan SPT. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan sensitivitas, spesifisitas, PPV, NPV, LR+, dan
LR- pemeriksaan IgE spesifik menggunakan analisis immunoblot. Metode. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek penelitian
adalah pasien poliklinik alergi imunologi. Pengambilan sampel dengan metode non-probability sampling dengan teknik consecutive sampling.
Analisis dilakukan terhadap alergen tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae, Blomia tropicalis) dan
kecoa. Hasil. Seratus subjek yang memenuhi kriteria masukan dan tolakan (76% perempuan, rerata usia 38,9 tahun) ikut serta dalam penelitian
ini. Sensitivitas empat alergen bervariasi dengan rentang 32,4%-76,8%, spesifisitas 68,0%-85,7%, PPV 54,5%-94,5%, NPV 46,2%-65,3%, LR+ 1,8-5,0,
dan LR- 0,3-0,8. Sensitivitas pemeriksaan IgE spesifik cukup baik pada tiga tungau debu rumah tetapi rendah pada kecoa; spesifisitas dan PPV
bervariasi cukup sampai baik; NPV cukup baik. Simpulan dan Saran. Uji diagnostik IgE spesifik tungau debu rumah menunjukkan hasil cukup
baik. Pemeriksaan IgE spesifik tidak dapat digunakan untuk skrining alergi kecoa.
Kata kunci: Alergi, IgE spesifik, skin prick test

13. Efek Segera Jamu X terhadap Kadar Asam Urat

Darah Relawan Hiperurisemia
Ning Harmanto, Aryaprana Nando, Vivi Kurniati Tjahjadi
STAB Nalanda, Prodi Dharma Usada, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Tujuan: Mengetahui efek segera jamu X terhadap kadar asam urat darah subjek hiperurisemia. Metode: Subjek merupakan pasien klinik
pengobatan tradisional di Jakarta. Kadar asam urat darah sewaktu diperiksa sebelum dan satu jam sesudah pemberian jamu X per oral. Perbedaan
kadar asam urat darah diuji dengan Wilcoxon Rank Sum Test. Hasil: Subjek sejumlah 9 orang, 7 pria dan 2 wanita, usia rata-rata 28,78±14,27
tahun. Kadar asam urat darah sewaktu sebelum pemberian 7,42±0,90 mg/dL, dan sesudahnya 6,03±0,96 mg/dL (p<0,05). Simpulan: Jamu X
menurunkan kadar asam urat darah secara bermakna pada subjek dengan kadar asam urat darah di atas normal.
Kata kunci: Asam urat darah, hiperurisemia, jamu

 

DOWNLOAD