1. Penulisan Resep
Mahesa Paranadipa M
Staf Pengajar Etik dan Hukum Kesehatan, Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia
2. Retinopati Diabetes
Elvira, Ernes Erlyana Suryawijaya
RSU Kabupaten Kerinci, Jambi, Indonesia
AbstrAk
Retinopati diabetes (RD) merupakan kelainan retina pada pasien diabetes melitus dan menjadi penyebab utama kebutaan pada usia produktif
di negara Barat. Kejadian RD pada populasi diabetes meningkat seiring durasi penyakit. Selain pengendalian gula darah, tindakan invasif berupa
fotokoagulasi laser, injeksi anti-VEGF, atau tindakan bedah, mungkin diperlukan sesuai derajat keparahan RD. Skrining pada pasien DM diperlukan
agar mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Artikel ini membahas patofisiologi dan tatalaksana retinopati diabetes.
kata kunci: Diabetes melitus, kebutaan, retinopati diabetes
3. De-resusitasi: Konsep ROSE
Indra Wijaya
RSUD Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
AbstrAk
Sepsis berkaitan dengan cedera endotel generalisata dan kebocoran kapiler; secara umum diterapi dengan resusitasi cairan bervolume besar.
Early-goal-directed therapy (EGDT) terdiri dari resusitasi cairan awal agresif yang meningkatkan angka bertahan hidup pada sepsis. Namun,
resusitasi cairan agresif dapat mengarah pada kelebihan cairan yang dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Keseimbangan
cairan kumulatif positif dikaitkan dengan hasil akhir buruk. Pada pasien yang tidak melewati fase ebb ke fase flow pada syok secara spontan, harus
dipertimbangkan late conservative uid management dan late goal-directed uid removal (de-resusitasi).
kata kunci: De-resusitasi, kelebihan cairan, konsep ROSE, terapi cairan
4. Potensi Zink untuk Terapi Osteoporosis
Adam Fajar, Yoyos Dias Ismiarto
Departemen Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung,
Jawa Barat, Indonesia
AbstrAk
Osteoporosis ditandai dengan pengurangan massa tulang dan gangguan mikro-arsitektur jaringan tulang, mengakibatkan tulang menjadi
rapuh dan meningkatkan risiko fraktur. Terapi osteoporosis meliputi perubahan gaya hidup dan obat-obatan yang dapat meningkatkan kekuatan
tulang. Zink berpotensi mengurangi proses penyerapan tulang dan merangsang pembentukan tulang. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk
mengetahui efektivitas zink dalam tatalaksana osteoporosis.
kata kunci: Osteoporosis, zink
5. Penyakit Autoimun dan Terapi Herbal: Peran
Nanoteknologi terhadap Efektivitas Obat Herbal
Jan Sudir Purba
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia /RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia
AbstrAk
Penyakit autoimun adalah penyakit akibat kesalahan pengenalan sistem imun dalam tubuh, sehingga sel yang sewajarnya dilindungi malah
dianggap musuh. Miastenia gravis (MG) merupakan salah satu penyakit autoimun yang mengenai neuromuscular junction (NMJ). Obat
kortikosteroid seperti prednisolon, obat imunosupresan seperti azathioprine, bisa digunakan untuk membantu menekan respons imun tubuh
yang berlebihan. Cholinesterase inhibitor, seperti pyridostigmine, dapat memperbaiki komunikasi antara sel saraf dan otot. Penggunaan jangka
panjang obat-obat di atas dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan efikasi, dosis serta efek samping, dan biaya pengobatan. Pada
beberapa penelitian hewan coba, ekstrak herbal Acalypha indica Linn (AI) memperlihatkan efek hampir sama dengan pyridostigmine pada MG.
Untuk meningkatkan efikasinya, ekstrak AI ini perlu diproses melalui pengembangan nanoteknologi. Penggunaan sediaan dalam bentuk nano
diharapkan dapat meningkatkan efek terapeutik dan meminimalkan dampak negatif serta pembiayaan.
kata kunci: Herbal, miastenia gravis, nanoteknologi, penyakit autoimun
6. Conservative Management for Anterior STEMI
Complicated by Ventricular Septal Rupture
Nanda Eka Sri Sejati,1 Habibie Arianto,2 Irnizarifka2
1Medical Doctor, 2 Departement of Cardiology and Vascular Medicine, Faculty of Medicine Sebelas Maret University/ Hospital of
Sebelas Maret University, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia
AbstrAct
Ventricular septal rupture is a rare complication of acute myocardial infarction but with a very high mortality, most often caused by severe
hemodynamic failure. Conservative treatment is very inefficient with over 90% mortality rate; surgery is recommended as definitive treatment. A
case of 67-year-old woman with chest pain since 1 day accompanied by shortness of breath and diaphoresis. Cardiac auscultation showed a 3/6
systolic murmur without thrill. ST elevation at the anterior lead was found in ECG. Echocardiography detected a rupture in interventricular septal
with left-to-right shunt. The patient was diagnosed with anterior ST elevation myocardial infarction (STEMI) complicated by ventricular septal
rupture. A conservative management was given without intra-aortic balloon pump placement and surgical operation due to patient’s rejection.
One month post treatment, the patient exhibited a relatively stable hemodynamic with moderate to severe activity limitation.
keywords: Conservative management, hemodynamic pertubation, myocardial infarction, ventricular septal rupture
7. Nonreperfused Inferior Wall Myocardial Infarction
with Total Atrioventricular Block
Patricia Feliani Sitohang
Awal Bros Panam Hospital, Riau, Indonesia
AbstrAct
Inferior wall myocadial infarction (IWMI) with total atrioventricular block (TAVB) is associated with poor clinical status, such as right ventricular
infarction (RVI). In IWMI patients with RVI and TAVB, coronary reperfusion using primary percutaneous coronary intervention (PCI) or fibrinolysis
can preserve ventricular function and reduce mortality and morbidity. Bradyarrhythmia with hypotension and TAVB is one of the main
indications to temporary pacing. This is a case of infero-posterior wall myocardial infarction, RVI, with TAVB. Primary PCI or fibrinolysis and
temporary pacing was suggested, but the patient refused. Treatments were atropine sulfate and dopamine for bradycardia and hypotension.
Dual-antiplatelet with aspirin and clopidogrel along with fondaparinux was given for antithrombotic therapy. The ECG showed resolution of
STEMI and improvement in heart rhythm after 48h.
keywords: Inferior wall myocadial infarction, nonreperfused patients, right ventricular infarction, total atrioventricular blocks
8. Sindrom Rubela Kongenital
Ruby Kurniawan
RSIA Melania Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
AbstrAk
Sindrom rubela kongenital (SRK) adalah kondisi bayi baru lahir dengan berbagai defek akibat infeksi virus rubela selama awal kehamilan. Gejala
klasik SRK antara lain tuli, katarak, dan penyakit jantung bawaan. Diagnosis ditegakkan saat baru lahir, melalui anamnesis, pemeriksaan fisik
awal mata dan pendengaran, serta pemeriksaan antibodi terhadap rubela pada bayi asimptomatik. Tatalaksana bersifat suportif dan perawatan
multidispilin jangka panjang. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi ibu sebelum kehamilan.
kata kunci: Pencegahan, sindrom rubela kongenital, vaksinasi
9. Diagnosis dan Tatalaksana Intususepsi
Alfonsus Mario Eri Surya Djaya
RSUD dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia
AbstrAk
Intususepsi adalah keadaan inversi segmen usus ke segmen usus lainnya. Intususepsi dapat terjadi pada segala usia, terutama pada anak-
anak. Penyebab intususepsi pada anak mayoritas idiopatik. Sedangkan intususepsi pada orang dewasa mayoritas bersifat sekunder, disebabkan
penyakit lain seperti polip, neoplasma, striktur, atau divertikulum. Diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang radiologis. Terapi
selain operasi, bisa menggunakan enema.
kata kunci: Intususepsi
10 Pro le of Pediatric Nephrotic Syndrome in Wahidin
Sudirohusodo Hospital, Makassar, Indonesia
Husein Albar, Fadel Bilondatu
Department of Child Health, Faculty of Medicine, Hasanuddin University/
Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar, Indonesia
AbstrAct
Introduction: Nephrotic syndrome is a common and important pediatric chronic renal disease, characterized by massive proteinuria,
hypoalbuminemia, edema, and hypercholesterolemia. This study was to assess the profile of pediatric nephrotic syndrome at Wahidin
Sudirohusodo Hospital Makassar over a 7-year period. Methods: A retrospective study on hospitalized nephrotic syndrome patients at pediatric
nephrology ward in Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar from January 2011 to December 2017. Demographic, clinical, and laboratory
data were extract from medical records. results: Total 142 children with nephrotic syndrome who fulfilled the inclusion criteria were analyze.
Age at onset ranged from 1.4 to 17.5 years (mean 8.5 years), the majority (66.2%) was 5 year-old and above, predominantly boy (66.2%) with
a boy to girl ratio of 1,95:1 and well-nourished (56.3%). Upper respiratory infections were observed in 36.6% cases. The predominant clinical
signs and symptoms were edema (100%), hypertension (26.8%). Patients with relapse were 56.3%, and the mortality was 2.12%. The prevalent
laboratory findings were microscopic hematuria (50.7%), massive proteinuria (100%), hypoalbuminemia (100%), hypercholesterolemia (100%),
and elevated serum creatinine (9.9%). conclusion: The profile of pediatric nephrotic syndrome at Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar was
similar to typical children nephrotic syndrome and did not significantly differ from other studies.
keywords: Children, Makassar, nephrotic syndrome
11. Peranan Mikronutrien terhadap Perkembangan Otak
Gursal Rai Gandra Siregar, Johannes Harlan Saing, Yazid Dimyati, Cynthea Prima Destariani
Divisi Neurologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP. H. Adam Malik, Medan,
Indonesia
AbstrAk
Perkembangan otak dimulai saat konsepsi sampai masa dewasa muda. Nutrisi berperan penting dalam perkembangan saraf, mulai dari neurulasi
sampai mielinasi. Penelitian telah menunjukkan hubungan antara kadar mikronutrien dan perkembangan otak, baik bersifat sementara maupun
permanen dan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
kata kunci: Mikronutrien, perkembangan otak
AbstrAct
12. Hipertensi Esensial:
Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada Dewasa
Steven Johanes Adrian, Tommy
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Indonesia
AbstrAk
Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas penyakit di dunia; penderita hipertensi diperkirakan akan mencapai 1,5 miliar
pada tahun 2025 dan kematian dapat mencapai 9,4 juta individu. Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg
atau diastolik ≥ 80 mmHg; 80 – 95% kasus hipertensi esensial. Dua faktor utama berkaitan dengan kasus hipertensi esensial adalah faktor genetik
dan lingkungan. Tatalaksana kombinasi nonfarmakologis dan farmakologis dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti stadium
hipertensi, saat mulai pengobatan, jenis obat, target tekanan darah, komorbiditas, kontrol berkala, dan kriteria rujukan.
kata kunci: Hipertensi esensial, pedoman klinis, terapi kombinasi.
13. Karakteristik Pasien Stroke Usia Muda di RSUD Kota
Surakarta
Daniel Mahendrakrisna,1 Drestha Pratita Windriya,1 Aria Chandra GTS2
1Dokter umum, 2Dokter Spesialis Saraf RSUD Kota Surakarta, Surakarta, Indonesia
AbstrAk
Latar belakang. Kejadian stroke pada usia muda kurang dari 5% dari seluruh kejadian stroke. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan angka
kejadian stroke pada usia kurang dari 45 tahun. Penelitian ini untuk mengetahui angka kejadian dan karakteristik pasien stroke usia muda di RSUD
Kota Surakarta. Metode. Penelitian deskriptif observatif pada populasi semua penderita stroke usia muda (18-45 tahun) di RSUD Kota Surakarta
dari bulan Januari 2017 hingga Juni 2018. Data diambil dari rekam medis berupa usia, jenis kelamin, jenis stroke, hasil CT scan, serta faktor risiko.
Hasil. Dari 420 pasien stroke pada rentang waktu Januari 2017-Juni 2018, didapatkan 28 penderita stroke usia muda, rerata usia 39,6 tahun
dengan rentang usia 29 sampai 45 tahun, dengan 53,6% laki-laki, 78,6% menderita stroke non-hemoragik, dan 39,3% menderita kelemahan sisi
kanan. Didapatkan riwayat hipertensi sebanyak 85,7%, diabetes melitus 14,3%, hiperkolesterolemia 17,9%, hiperurisemia 21,4%, gagal jantung
7,1%, epilepsi 7,1%, dan riwayat stroke 3,6%. Tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit jantung koroner dan aritmia jantung. simpulan. Stroke
usia muda jarang terjadi, dan sebagian besar merupakan stroke non-hemoragik. Hipertensi dan dislipidemia merupakan faktor risiko utama
stroke di usia muda.
kata kunci: Insidens, stroke, usia muda.