1.Diagnosis dan Tatalaksana Entropion
Yaumil Reiza
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik
Medan, Indonesia
ABSTRAK
Entropion merupakan inversi margo palpebra, diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu senilis/involusional, kongenital, akut spastik, dan sikatriks.
Kelainan ini mirip dengan kelainan palpebra lainnya seperti retraksi palpebra, distikiasis, trikiasis, dermatokalasis, dan epiblefaron. Entropion
dapat menimbulkan komplikasi konjungtivitis, keratitis, dan ulkus kornea. Umumnya entropion memiliki prognosis baik apabila didiagnosis dini
dan ditatalaksana dengan tepat. Dalam tinjauan ini, akan dibahas diagnosis dan penatalaksanaan entropion.
Kata kunci: Diagnosis, entropion, penatalaksanaan
2.Risiko dan Deteksi Dini Kanker Payudara
Yuliana
Dokter Umum, Balikpapan, Indonesia
Abstrak
Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian karena kanker yang utama. Deteksi dini bertujuan untuk menemukan dan
mendiagnosis penyakit lebih awal yang penting untuk prognosis, meliputi pemeriksaan mammografi berkala (tiap 1-2 tahun), dan pemeriksaan
payudara klinis dan sendiri. Kontroversi dari berbagai kalangan medis muncul terkait usia dimulainya skrining, namun semua sepakat bahwa
manfaat skrining berbanding lurus dengan bertambahnya usia, dan keputusan untuk memulai skrining haruslah berdasarkan diskusi manfaat
dan potensi bahaya antara pasien dan dokter. Panduan Nasional Penanganan Kanker Payudara versi 1.0 2015 menuliskan pentingnya upaya
pencegahan, yang dilakukan dengan CERDIK. CERDIK adalah kependekan dari Cek kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas
fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup, Kelola stres.
Kata kunci: Deteksi dini, kanker payudara, skrining
3.Ketotifen Mempengaruhi Jumlah Fibroblas dan Kepadatan Sel Kolagen Luka Insisi Tikus Wistar
Ingga Hadian, Untung Alfianto, Ardana Tri Arianto
Jurusan S2 Kedokteran, Pasca-Sarjana Universitas Sebelas Maret/
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif,
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Abstrak
Hambatan degranulasi sel mast diharapkan mempercepat penyembuhan luka yang ditandai dengan meningkatnya jumlah sel fibroblas
dan kepadatan sel kolagen. Ketotifen mampu mengurangi degranulasi sel mast dan mengurangi pelepasan histamin, protease sel mast,
myeloperoxidase, leukotriens, PAF dan macam-macam prostaglandin, juga menghambat agregasi polimorfonuklear serta mengurangi respons
inflamasi dan mempercepat migrasi fibroblas di fase proliferasi. Penelitian ini true eksperimental laboratorik dengan desain randomized controlled
trial, bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah sel fibroblas dan kepadatan sel kolagen pada tikus Wistar yang diberi ketotifen oral dosis
0,3 mg/kg dibandingkan dengan plasebo pada penyembuhan luka insisi. Disimpulkan bahwa ketotifen meningkatkan jumlah sel fibroblas dan
kepadatan sel kolagen pada penyembuhan luka insisi tikus Wistar.
Kata kunci: Ketotifen, sel fibroblas, sel mast, serabut kolagen.
4.Kombinasi Metoklopramid Intravena dan Klorpromazin Oral untuk Tatalaksana Persistent Hiccups di Fasilitas Layanan Primer
Fatwiadi Apulita Ginting
Puskesmas Pendang, Barito Selatan, Kalimantan Tengah, Indonesia
Abstrak
Cegukan (hiccup) atau singultus merupakan fenomena sehari-hari, biasanya ringan, dan dapat sembuh sendiri, namun bila berlangsung
terus-menerus dapat menimbulkan tingkat morbiditas yang bermakna bahkan kematian. Penanganan ditujukan untuk mengatasi gejala dan
penyebabnya. Terapi dapat berupa farmakologis ataupun non-farmakologis. Kasus persistent hiccup pada laki-laki berusia 22 tahun dapat diatasi
dengan kombinasi 10 mg metoklopramid IV dan 50 mg klorpromazin oral di fasilitas layanan primer.
Kata kunci: Cegukan persisten, fasilitas layanan primer, klorpromazin oral, metoklopramid intravena, singultus
5.Penyakit Blount – Diagnosis dan Tatalaksana
I Gede Mahardika Putra
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
ABSTRAK
Penyakit Blount merupakan penyakit epifisis proksimal tibia patologis yang menyebabkan tibia melengkung pada anak–anak. Keparahan
penyakit ini dinilai menggunakan sistem klasifikasi Langenskiöld 6 tahap berdasarkan progresivitas degenerasi kompartemen sendi medial.
Pilihan terapinya meliputi non-bedah dan pembedahan, dengan perawatan khusus berdasarkan umur dan stadium menurut Langenskiöld.
Kerusakan sendi permanen dan deformitas dapat berkelanjutan jika tidak diobati.
Kata kunci: Diagnosis, penyakit Blount, tibia vara
6.Aspirasi Benda Asing pada Anak
Putu Ugi Sugandha
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
ABSTRAK
Kasus aspirasi benda asing pada anak-anak dapat mengakibatkan berbagai komplikasi hingga kematian, sehingga diperlukan diagnosis yang
cepat dan tepat. Penatalaksanaan dengan bronkoskopi.
Kata kunci: Anak, aspirasi benda asing, bronkoskopi
7.Dermatitis Dishidrotik
Lina Purnamasari
Dokter Internship RSU ParamaSidhi dan Puskesmas Tejakula I, Buleleng, Bali, Indonesia periode 2015-2016
ABSTRAK
Salah satu varian dermatitis yang khusus mengenai tangan dan kaki adalah dermatitis dishidrotik, disebut juga pompholyx. Penyebab pasti
belum diketahui, banyak faktor diperkirakan terlibat. Kelainan ini sering kambuh dan dapat berdampak terhadap kualitas hidup penderita.
Kata kunci: Dermatitis dishidrotik, dermatitis tangan, pompholyx
8.Kombinasi Hemodialisis/Hemoperfusi Meningkatkan Status Nutrisi yang Diukur dengan BIA (Bioelectrical Impedance Analysis) pada Pasien Hemodialisis Reguler
Marthin Pasaribu, Alwi T Nasution, Abdurrahim R Lubis
Divisi Nefrologi dan Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,Medan, Indonesia
Abstrak
Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler sering mengalami gangguan nutrisi akibat berbagai faktor, antara lain
tingginya kadar ureum dalam darah (uremic malnutrition). Status nutrisi pasien penyakit ginjal kronis (PGK) dapat diukur dengan bioelectrical
impedance analysis (BIA) yang merupakan alat pengukur body composition. Penelitian ini bertujuan untuk menilai manfaat kombinasi HD/HP
terhadap bersihan (clearance) toksin uremik berat molekul menengah dan besar dengan melihat efeknya terhadap status nutrisi pasien yang
diukur dengan BIA pada pasien-pasien hemodialisis reguler di Medan. Jenis penelitian adalah kohort prospektif dari bulan Desember 2013
hingga Maret 2014 pada 20 pasien hemodialisis reguler dengan membandingkan beberapa parameter BIA sebelum dan sesudah dilakukan
kombinasi HD/HP. Didapatkan rerata perubahan setelah HD/HP untuk IMT, RMR, FFM, FFM (%), BCM, glikogen, fat, fat (%), protein, dan mineral
secara berurutan adalah +0,03 (p=0,92), +28,42 kcal (p=0,85), +1,64 kg (p=0,74), +2,71 (p=0,02), +0,58 kg (p=0,15), +16,6 kg (p=0,05), -1,67
kg (p=0,04), -2,80 (p=0,024), -0,21 kg (p=0,34), dan -0,054 kg (p=0,42). Peningkatan komponen IMT, RMR, FFM, FFM (%), BCM, dan glikogen
menunjukkan peningkatan status nutrisi.
Kata kunci: BIA, hemodialisis, hemoperfusi, status nutrisi
[download id=”146″]