1. Diagnosis dan Tatalaksana Acute Kidney Injury (AKI) pada Syok Septik

Melyda

Dokter PTT RSUD Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

ABSTRAK

Lebih dari 50% pasien ICU di dunia dengan syok septik mengalami acute kidney injury (AKI). AKI pada syok septik meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Oleh karena itu, dibutuhkan diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat untuk mencapai hasil maksimal.
Kata kunci: Acute kidney injury, AKI, sepsis, syok septik

2.Wireless Microcurrent Stimulation Therapy for Wound Healing

Debryna Dewi Lumanauw,1 Roys A. Pangayoman2
1Department of Emergency Medicine, Harbor-UCLA Medical Center, Los Angeles, USA,
2Department of Surgery, Siloam Hospitals Simatupang, Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

Wound healing is a complex process to restore the normal function, structure and integrity of body cells after injury. All wounds will advance to
three phases: inflammatory, proliferative and maturation. When the sequence of healing does not go in timely and orderly manner, the wound
becomes chronic and more difficult to heal. Chronic, nonhealing wounds require a tailored management. The most fundamental pillars are
adequate debridement, managing underlying diseases/factors and applying proper dressings. Additional novel adjuvant therapies, such as
electrical stimulation, hyperbaric chamber and ultrasound, are currently being developed. Wireless microcurrent stimulation (WMCS) is a new
method for wound healing. Studies have recommended the use of WMCS, considering the safety, easy to use, and benefits.
Keywords: Chronic wound, wireless microcurrent stimulation, wound healing

3.Efektivitas dan Peran Montelukast (LTRA) pada Pasien Asma Kronis

Adhitya,1 Effendi2

1Rumkit Tk IV Singaraja, Bali, 2RS Bhayangkara, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

ABSTRAK

Asma merupakan penyakit saluran napas kronik dengan gejala obstruksi akibat respons inflamasi. Pedoman tatalaksana asma saat ini
menyatakan kortikosteroid sebagai terapi lini pertama untuk mengontrol penyakit. Namun, kortikosteroid memiliki banyak efek samping.
Berdasarkan patofisiologi asma yang beragam, beberapa obat lain dapat digunakan untuk mengontrol asma, salah satunya adalah montelukast
yang termasuk golongan leukotriene receptor antagonist (LTRA).
Kata kunci: Asma, leukotriene receptor antagonist, montelukast

4.Modulasi Neurogenesis untuk Pengembangan Terapi Depresi
Muthmainah, Nanang Wiyono
Sub-Bagian Neurobiologi, Bagian Anatomi & Embriologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

ABSTRAK

Depresi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas yang paling sering, diperkirakan 10-15% penduduk dunia pernah
mengalami episode depresi selama hidupnya. Patofisiologi depresi kompleks dan melibatkan tingkat molekuler, seluler, dan jaringan. Salah satu
teori mekanisme depresi dan kerja antidepresan adalah proses neurogenesis. Neurogenesis pada masa dewasa di gyrus dentatus hippocampus
dipengaruhi oleh stres yang berperan dalam patofisiologi depresi; proses neurogenesis ini dapat dimodulasi oleh antidepresan, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk penatalaksanaan depresi. Antidepresan tersebut adalah selective serotonine reuptake inhibitor (SSRI) dan norepinephrine
reuptake inhibitor (NRI).
Kata kunci: Depresi, neurogenesis, SSRIs, NRIs

5.Spasmofilia
Iswandi Erwin, Aida Fithrie

Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

ABSTRAK

Spasmofilia didefinisikan sebagai keadaan patologis peninggian iritabilitas saraf dan otot disebabkan gangguan keseimbangan elektrolit,
terutama ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++). Spasmofilia juga dikenal dengan nama lain, yaitu tetani laten, tetani kriptogenik,
sindrom tetani, dan/atau sindrom hiperventilasi. Seorang pria 33 tahun dengan kram sejak 3 bulan disertai nyeri kepala terutama saat lelah
dan letih. Spasme otot terjadi involunter di seluruh tubuh, terutama kedua tungkai dan lengan atas. Nyeri pada seluruh kepala, terasa mengikat
namun tidak berdenyut, tanpa mual dan muntah, tidak diperburuk dengan aktivitas fisik, batuk, atau Valsava. Dijumpai tender points pada kedua
sisi bahu dan leher. Tanda Chvostek I dan II (+/+), tanda iskemik Trousseau (+). Didapatkan hipokalsemiaa pada pemeriksaan laboratorium dan
multiplets pada tes iskemik dan hiperventilasi pada elektromiografi jarum pada M. interossei dorsalis I.
Kata kunci: Spasme karpopedal, spasmofilia, tetani

6.Faktor Risiko, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia
Lina Purnamasari

Dokter Umum RS St. Elisabeth Semarang, Indonesia

ABSTRAK

Dispepsia merupakan sindrom saluran pencernaan atas yang banyak dijumpai di seluruh dunia. Banyak faktor yang diduga berkaitan seperti
riwayat penyakit, riwayat keluarga, pola hidup, makanan, ataupun faktor psikologis. Dispepsia diklasifikasikan menjadi organik dan fungsional.
Gejala dapat berlangsung kronis dan kambuhan, sehingga berdampak bagi kualitas hidup penderita.
Kata kunci: Dispepsia, dispepsia fungsional, dispepsia organik

7.Hubungan Disomnia dan Tekanan Darah pada Remaja
Krisnarta Sembiring, Oke Rina Ramayani, Munar Lubis, Rosmayanti Siregar, Beatrix Siregar

Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RS Pendidikan Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

ABSTRAK

Disomnia merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada remaja, disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, serta faktor medis dan
nonmedis. Disomnia dapat berdampak buruk pada kesehatan remaja. Disomnia dapat didiagnosis secara objektif ataupun subjektif. Salah satu
komplikasi disomnia adalah peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah pada remaja akan menyebabkan hipertensi saat dewasa
serta berbagai masalah kardiovaskular lainnya.
Kata kunci: Disomnia, remaja, tekanan darah

8.Peran Channelopathy pada Tatalaksana Nyeri
Lucas Meliala,1 Rizaldy Taslim Pinzon,2 Rosa De Lima Renita Sanyasi3

1Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta,3

RSAU dr. Efram Harsana, Magetan, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang: Tatalaksana nyeri yang efektif sampai saat ini masih belum memuaskan. Pemahaman channelopathy diharapkan dapat
meningkatkan kualitas penanganan nyeri. Tujuan: Kajian peran channelopathy pada nyeri. Pembahasan: Kanal ion yang terlibat dalam
channelopathy pada nyeri adalah kanal natrium, kalsium, kalium, dan transient receptor potential (TRP). Channelopathy beberapa subtipe kanal TRP
memicu penyakit FEPS tipe I dan berbagai gangguan sensitivitas nyeri. Channelopathy beberapa subtipe kanal kalsium dan kalium menimbulkan
berbagai gangguan sensitivitas nyeri. Channelopathy kanal klorida tidak memicu gangguan sensitivitas nyeri. Saat ini telah ditemukan berbagai
obat yang bekerja sebagai penghambat kerja kanal, sehingga dapat digunakan untuk terapi nyeri. Penelitian masih terus dilakukan hingga saat
ini.
Kata kunci: Channelopathy, nyeri, patofisiologi

9.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Ingat Anak dengan Epilepsi

Scorpicanrus Tumpal Andreas, Johannes H Saing, Cynthea Prima Destariani
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/

RSUP H. Adam Malik, Medan, Indonesia

ABSTRAK

Daya ingat merupakan salah satu aspek kognitif terpenting. Obat anti-epilepsi, faktor psikososial, dan komorbiditas pada epilepsi dapat
menyebabkan gangguan daya ingat pada anak. Gangguan daya ingat harus dideteksi sedini mungkin agar dapat diintervensi untuk memperbaiki
atau mencegah perburukan fungsi kognitif anak dengan epilepsi.
Kata kunci: Anak, daya ingat, epilepsi

10.Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM)

Dias Rima Sutiono, Siti Aisyah

Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), Jakarta, Indonesia

ABSTRACT

Naegleria fowleri is one of free-living amoeba that can be found around the world. It is also known as the causative agent of Primary Amebic
Meningoencephalitis (PAM). PAM is a rare Central Nervous System (CNS) infection and can lead to fatal outcome. Since the first discovery, it
becomes the problem worldwide. Misdiagnoses are common in PAM patient. The causative agent of PAM is living in the warm freshwater.
Thus, the occurrence of this infection is high in summer and warmest season through the year. Due to its life characteristics, this amoeba has
the potential to live in the Indonesia waters. The purpose of this review is to describe the difference between PAM and bacterial meningitis,
epidemiology, diagnosis, and prevention of PAM.
Keywords: Naegleria fowleri, Primary Amebic Meningoencephalitis (PAM)

11.Skor ICH-GS untuk Prediksi Prognosis Pasien Stroke Perdarahan Intraserebral di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
Gea Pandhita S, Samino, Mursyid Bustami
KSM Saraf, RS Islam Jakarta Pondok Kopi, Jakarta Timur, Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang dan Tujuan. Prediksi prognosis yang akurat pada kasus stroke perdarahan intraserebral (PIS) sangat penting untuk menentukan
pilihan terapi. Penelitian ini bertujuan menguji manfaat klinis skor ICH-GS untuk memprediksi prognosis pasien stroke PIS selama rawat inap
di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi (RSIJPK). Metode. Seluruh pasien rawat inap yang tercatat di bagian rekam medis RSIJPK dengan
diagnosis stroke PIS pada periode Januari-Desember 2013 diikutkan dalam penelitian ini. Diagnosis stroke PIS ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis defisit neurologis mendadak dan memiliki gambaran perdarahan intraserebral berdasarkan pemeriksaan CT scan kepala. Skor ICH-GS diukur
pada semua subjek penelitian saat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Skor tersebut kemudian dievaluasi untuk memprediksi angka mortalitas
pasien stroke PIS selama rawat inap di rumah sakit. Hasil. Terdapat 47 pasien stroke PIS yang dianalisis dalam penelitian ini. Kisaran skor ICH-GS
yang didapatkan adalah 5-12. Angka mortalitas keseluruhan selama rawat inap adalah 34%. Makin tinggi skor ICH-GS, makin tinggi mortalitasnya.
Mortalitas pasien stroke PIS dengan skor ICH-GS 7-9 lebih rendah pada kelompok pasien yang mendapat terapi operatif dibandingkan kelompok
pasien yang mendapatkan terapi non-operatif (p<0,05). Sebaliknya, mortalitas pasien stroke PIS dengan skor ICH-GS 10-11 lebih tinggi pada
kelompok operatif dibandingkan kelompok non-operatif. Pasien stroke PIS dengan skor ICH-GS 6 pada kedua kelompok memiliki mortalitas
yang sama. Simpulan. Skor ICH-GS dapat digunakan untuk memprediksi prognosis, sehingga diharapkan dapat membantu tenaga medis dalam
menentukan pilihan strategi terapi operatif atau non-operatif.
Kata kunci: ICH-GS, PIS, prognosis stroke

 

[download id=”130″]